Batok atau tempurung kelapa kerap kali
dibuang begitu saja di pasar-pasar tradisional. Padahal, batok kelapa
bisa sebagai bahan baku mentah untuk diolah menjadi arang.
Produk arang batok kelapa sebagai bahan baku setengah jadi itu pun dapat diolah lagi menjadi produk arang yang inovatif.
Produk batu arang tempurung kelapa
(coconut shell briquette charcoal) dapat diproduksi sesuai kebutuhan
pasar dan menjadi produk ekspor unggulan. Pengolahan tempurung kelapa
menjadi arang dilakukan dengan cara pembakaran. Setumpuk tempurung
kelapa dimasukkan ke dalam drum. Kemudian, tempurung kelapa dibakar.
Setelah itu, tempurung kelapa yang belum dibakar dimasukkan lagi setahap
demi setahap ke dalam drum. Hal itu terus-menerus dilakukan sampai drum
penuh dengan tempurung kelapa. Setelah penuh, drum ditutup dan seluruh
batok kelapa di dalam drum mengalami proses pembakaran. Lambat laun,
tempurung kelapa akan menjadi arang. Setelah dipisahkan dengan sampah-
sampah hasil pembakaran itu, arang tempurung kelapa akan menjadi bahan
baku produk arang inovatif yang akan diekspor ke pasar dunia.
Dengan peluang pasar ekspor yang besar,
itu berarti kebutuhan bahan baku batok kelapa pun akan semakin besar.
Peluang itu pun seharusnya dapat ditangkap oleh pelaku usaha kecil dan
menengah untuk memanfaatkan batok kelapa.
Batok kelapa dapat dimanfaatkan untuk
pembuatan arang. Arang dari batok kelapa pun dapat menjadi bahan baku
bagi industri menengah untuk diolah lebih lanjut menjadi produk arang
berorientasi ekspor.
MEMBUAT ARANG TEMPURUNG (Batok kelapa)
1. Bahan
baku tempurung kelapa dikeringkan sehingga pembakaran lebih cepat tanpa
asap mengepul. Bersihkan dari sabut, pasir, dan kotoran lainnya. Potong
tempurung 2,5 cm x 2,5 cm agar dapat mengisi drum lebih banyak dan
matang seragam. Setiap drum menampung 80 kg.
2. Letakkan
kayu atau bambu berdiameter 10 cm dan panjang 1 m di tengah drum sebagai
lubang pemasukan umpan bakar seperti daun-daun kering, ranting-ranting
kayu atau percikan minyak tanah. Lantas, isikan tempurung kelapa hingga
penuh. Kayu di tengah drum dicabut perlahan-lahan.
3. Bila api
terus menyala, tutup drum dan pasang cerobong asap. Buka lubang udara
terbawah di badan drum sedangkan dua lubang udara di tengah dan di atas
ditutup dengan asbes atau tanah liat.
4. Seiring dengan
waktu, pembakaran, bahan baku berkurang, maka tambahkan arang dari
bagian atas drum. Pengarangan di bawah (dasar drum hingga lubang bawah)
selesai jika terlihat bara merah. Tutup lubang udara bawah dan buka
lubang udara tengah. Kini giliran bahan baku di bagian tengah yang
terbakar. Ulangi prosedur ini sampai lubang udara bagian atas yang
dibuka untuk pembakaran bahan baku di bagian atas.
5. Proses
pengarangan selesai ketika asap dari cerobong tidak pekat dan berwarna
kebiru-biruan. Biasanya berlangsung 6-7 jam tergantung kadar air
tempurung dan kuat lemahnya tiupan angin. Tutup semua lubang udara dan
cerobong asap.
6. Untuk
pendinginan, drum harus dalam keadaan hampa udara. Jika tidak, arang
menjadi abu karena api terus bekerja. Gunakan tanah atau pasir sebagai
penutup di bagian atas. Diamkan selama 6 jam.
Keluarkan
arang dari drum. Bersihkan arang dari abu dan arang yang belum matang
sempurna. Arang yang matang terlihat mengkilap hitam bersin
Tidak ada komentar